Selasa, 08 November 2011

surat kepada diam ?

lelaki enam huruf, bolehkah aku melanggar janjiku ? Aku berjanji untuk tidak lagi menulismu lagi. Mungkin sebuah dosa, tetapi diam juga kukira itu tak selamanya emas. Lari dan membohongi diri mungkin itu sebuah pengkhianatan. Aku tak mampu lagi membohongi diri untuk tidak menulismu lagi. Aku lelah untuk berlari, menjauhkan namamu dari setiap tulisanku.
Wahai lelaki enam huruf, mungkin kamu lebih banyak diam. Mungkin itu jawab atas rinduku. Dalam bahasa yang tak kupahami kamu menjawab semua itu.
Namamu diawali huruf vokal. Ia bicara meski tanpa konsonan. Ia hidup tanpa frase, kata atau kalimat sekalipun. Namun … semua berbeda dan berbalik mengundang tanya bagiku. Diam tak bersuara sesuai fitrahnya. Sesuatu yang membuatku sulit mengeja pikiranmu.
Ditengah namamu menggunakan huruf N, konsonan tentunya. Ia huruf mati, tapi kuyakin menghidupkan yang lain. Dia adalah huruf pertengahan, tapi kuyakin ia tak sedang mengantung semua tanya ini. Ia bukanlah jiwa seperti halnya vocal yang membunyikan. Ia adalah raga yang yang menggerakan. “N” tidak ada dalam kata “diam”. Bukankah itu bagian namamu ?
Haruskah ada tanda tanya diantara kita. Bukankah hidup pun mengenal tanda titik. Jika itu koma (,), biarkan anak kalimat kalimat itu bicara. Ataukah itu tanda petik ganda, yang maknanya kamu simpan sendiri. Aku berusaha tak menggunakan satu pun tanda seru, tapi hatiku berseru “jangan cuma diam”
Kamu diam … marahkah kamu padaku, frustasi atau malah sakit gigi ?
Kamu diam … jemu, bosan , atau sedang kesal ?
Kamu diam … karena tak mengerti dengan apa yang terjadi, atau apa yang harus dikatakan ?
Kamu diam … karena membaca surat ini ?
Kamu diam … karena berpikir tentang dan mencari jawab atas semua ini ?
Kamu diam … dan aku hanya terus menebak,
harus butuh berapa variabel untuk menerangkan diammu? Aku takkan bisa mengerti karena  diam  itu adalah hakmu. Bukankah cinta diakhiri dengan “A”. Ia berbunyi, meski sendiri. Teruslah diam, tetapi beri waktu untuk menyentuhmu dengan komunikasi.

Tidak ada komentar:

Pengikut