Cerita ini udah lama baget dibuat tapi baru sempet dipublish sekarang karena faktor kesibukan sih tepatnya, cerita ini cuma buat have fun aja, nggak bermaksud buat nyindir seseorang atau apa.... jadi ini cuma sepenggal khayalan walaupun di mix sama kehidupan si penulis juga hehehe :) "HAPPY READING....... "
Penantian Retta
Akhirnya
ujian nasional yang ditunggu-tunggu datang juga, Retta dan sahabatnya yaitu
Uli, Dian, Amelia, Vika, Dila, Hana dan Dewi sudah mempersiapkan hari yang
menegangkan ini pasalnya Retta sudah mati-matian mengikuti les setiap hari dan
rela pulang malam karena ingin belajar demi lulus ujian nasional 20 paket soal,
itu kebijakan baru pemerintah .
“Kenapa
selalu sial sih salah nih aku masuk tahun kalian gara-gara SD ngelangkah nih
jadi apes”. Gerutu Retta pada Uli teman sebangkunya.
“Yaampun
Ta udah terlanjur kali, nyesel sekarang apa gunanya coba seminggu lagi udah
ujian”. Menyindir Retta yang sedang asyik menyoret lembaran soal yang
dipegangnya.
“Ke
kantin yok ah bosen aku liat nih kertas, aku butuh refreshing sejenak yang lain
kemana sih kok pada belum nongol”. Sambil menggandeng Uli keluar kelas.
“Ini
masih pagi dodol belum pada datenglah mereka, kita aja yang kepagian
datengnya”. Sambil mencubiti pipi Retta.
Perjalanan
menuju kantin membutuhkan kesabaran karena kelas Retta berada dilantai tiga
sedangkan kantin berada dilantai satu dan diujung koridor ruang tata usaha .
“Bakal
kangen nih aku sama kantin ini yaampun kita seminggu lagi disini li aku sedih”.
Sambil menatap sekeliling kantin.
“Ah
kamu... aku juga nih, Huhuu. jadi daftar swasta dulu Ta sebelum nunggu SBMPTN
?”. Tanya Uli dengan nada sedih.
“Ya
begitulah , kamu tahu mamaku kan dia selalu mau anaknya kuliah di kesehatan
terutama kedokteran”. Retta menghembuskan nafas kuat-kuat.
“Sabar
say kalo ini memang jalanmu pasti ntar Allah yang nunjukkin”.
Sambil
menyantap sepiring soto ayam yang dipesannya tiba-tiba Retta mendengar suara
seseorang yang sangat dia kenal sedang memesan
makanan dan ketika melihat ternyata benar dia adalah sosok cowok yang
selama ini yang membuat Retta menunggu lama sekali.
“Duh
tuh Mr. PHP Li, kenapa sih tu orang susah buat dilupain”. Gerutu Retta pada
Uli.
“Kamu
yang belom bisa move on Ta, udah ah kuliah ntar bisa nyari yang lebih bagus
dari pada tu orang”. Uli berusaha menghibur walaupun sepertinya tidak berhasil.
“Udah
Li, tapi nggak bisa pasti selalu susah tau kan Li cerita dia sama aku itu
panjang jadi dalam seminggu, sebulan, setahun bahkan bertahun-tahun itu mungkin
nggak bakal hilang sudah terlanjur sakit disini Li”. Sambil menunjuk hati.
Setelah
percakapan singkat dikantin bersama Uli tadi , Retta pergi ke kelas sendiri
karena Uli sedang dipanggil ke ruang guru dan duduk dimejanya sambil mengingat
masa-masa sewaktu baru masuk SMA.
“Ternyata
suram nih masa SMAku sepertinya penuh dengan cerita-cerita menyedihkan”. Sambil
menundukkan kepala diatas meja dan tiba-tiba Hana dan Dewi mengagetkan Retta.
“Woy
Ta, tidur dirumah atuh jangan disekolah”. Ucap Dewi.
“Ini
pasti Dewi ketara nih logat sunda-sunda gini”. Sambil mengangkat kepala dan
menatap kedua sahabatnya itu.
“Kenapa
Ta ? galau ? Awan lagi? Duh Ta udah deh dia itu gak pantes buat kamu, cari itu
yang mau memahami kamu jangan cowok yang gengsinya selangit, udah tau suka tapi
masih aja gengsi.Ckck kasian kamu nak cantik-cantik gini dianggurin”. Sambil
mengusap kepala Retta.
“Ahh
Hanaa jangan buat aku sedih dong, itu kalimatmu sungguh menyakitkan”. Sambil
menatap sedih.
“Nah
yaudah dong lupain cari yang lebih segalanya dari dia.”.
“Okelah,
tapi mungkin butuh proses yang sangat lama. Hahaa”. Tertawa lepas.
Itulah
hari-hari terakhir Retta disekolah selalu merasa berat untuk menerima kenyataan
bahwa apabila dia kuliah diluar kota dan tidak bisa melihat bahkan hilang
komunikasi dengan Awan yaitu sosok yang dia tunggu sampai saat ini.
Hari terakhir dengannya
“Ah
aku lulus alhamdulillah, gak kebayang kalo kita gak lulus gimana”. Ucap Retta
setelah membuka amplop kelulusan.
“Iya
Ta lega rasanya, kalo dbayangin kita hebat juga ya bisa lulus padahal soal ada
20 paket tuh ckck”. Ucap Vika.
“Haha
iya ya yaudah yok kita ngantri buat cap 3 jari biar cepet pulang”. Sambl
berlari ke ujung koridor sekolah.
“Oke
lah sebelum pulang ntar kita coret-coret baju ya”. Teriak Dila.
“Ssst
gak boleh La, kamu ini kan masih berguna bajunya buat orang yang gak mampu”.
Cela Dian.
“Banyak
dirumah bajuku, 1 aja yang dicoret gak masalah kan?”. Ucap Dila dengan menahan
tawa.
Ketika
mereka semua sibuk mengantri barisan depan untuk cap 3 jari sedangkan Retta
sibuk mencari sosok yang ingin sekali yang dia temui saat ini, yah benar sekali
dia adalah Awan. Sudah mencari ke seluruh isi sekolah ternyata Awan tidak ada,
Retta hampir putus asa namun ketika Retta kembali untuk mengantri cap 3 jari
dan ternyata sosok yang dicarinya tiba-tiba mendatangi nya dan menyapanya.
“Hai
Ta? Jadi kuliah di jakarta? Jurusan apa ?”. Tersenyum ke arah Retta.
Retta
heran, kenapa Awan tahu kalau dia daftar kuliah di Jakarta. Siapa yang memberi
tahu dia tentang ini apakah dia menyadari kalau aku tidak datang waktu
promnight, apakah teman-temannya yang memberi tahu, Retta menerka-nerka dan
kemudian tersadar kalau pertanyaan Awan belum dijawabnya.
“Hai,
sepertinya sih jadi Wan jurusan Psikologi”.Menatap bingung.
“Oh
begitu ya, yaudah Ta sukses ya buat kamu”. Sambil menepuk pundak Retta.
“Iya
Wan sukses juga buat kamu”. Berjalan meninggalkan Awan
Setelah
percakapan singkat tadi, Retta duduk di salah satu tangga bersama sahabatnya
itu dan mereka mulai mencoret baju seragam dengan spidol bermacam warna,
setelah itu mereka berpencar untuk meminta tanda tangan teman yang lain. Saat
itu Retta ingin sekali meminta tanda tangan Awan namun Retta ragu dan
mengurungkan niatnya dan pergi ke mushola untuk sholat dzuhur disana.
“Ta
udah samperin aja, hari ini terakhir loh kalian ketemu belum tentu ntar bisa
ketemu lagi. Ayolah Ta ntar nyesel kamu”. Sindir Amel.
“Iya
deh aku sms nih ya”. Ucap Retta ragu.
Sambil
mencari kontak nomor handphone Awan di ponselnya, dan dia mulai mengetik sms.
Wan dimana ? udah pulang ya? Padahal pengen
minta tanda tangan
“Duh
Mel, alay banget dah smsku aaah takut nggak dibales nih udah ah aku sholat dulu
nih nitip Hanphone ya”. Melemparkan HP miliknya. Sesudah Retta selesai sholat
tiba-tiba Amel menjerit.
“Taaa
dibales sama Awan sini sini”. Sambil melambaikan tangan ke arah Retta.
“Mana
sini HP nya”. Retta menatap layar ponsel dengan teliti.
Belum pulang kok Ta, ini abis selesai sholat,
kamu dimana ? ke mushola aja gih
“Selalu
deh sikapnya nggak berubah masih menganggap seolah-olah tidak terjadi apa-apa”.
Gerutu Retta dalam hati meskipun begitu Retta tetap tersenyum membacanya dan
dia cepat-cepat turun ke lobby mushola.
“Hai
Wan, nih minta tanda tangan dong. Di kerah ya”. Sambil membuka lipatan kerah.
“Oke
Ta, minjem pena dong”. Sambil mnyodorkan tangan.
“Nih
penanya”.
“Sudah
Ta, apa lagi ? mau aku tanda tanganin semua gak bajumu”. Berusaha menghibur
karena saat itu Awan melihat raut wajah Retta sedih.
“Huh
enggak deh satu aja udah cukup kali. Hehe oke thanks Wan”.
“Oke
Ta, sama-sama aku pulang duluan ya”. Sambil melambaikan tangan.
“Iya,
Bye”.
Kejadian tak terlupakan
Sesuai
yang diramalkan Retta sebelumnya bahwa setelah hari kelulusan dan coret
mencoret dia tidak pernah berhubungan lagi dengan Awan namun entah mengapa
Retta ingin sekali sms Awan mungkin Retta sedang jenuh karena saat ini dia
sedang perjalanan menuju jakarta untuk daftar ulang di universitas yang sudah
menerimanya.
“Awan?”.
Tulis Retta dalam ponselnya.
“Iya
Ta?”. Jawab Awan.
“Gpp
sih Cuma mau sms aja, daftar mana aja
?”.
“Owalah
Unpres aja Ta, kamu daftar mana ja ra?”.
“Daftar
Unpres sama swasta di jakarta aja Wan, kamu milih jurusan apa di Unpres ?”.
“Mmm
kemaren kayaknya udah ke Jakarta gak diambil yang disana? Aku peternakan,
budidaya perairan sama komunikasi, kamu apa aja Ta ?”.
“Diambil
kok Wan ini malah mau kesana lagi mau registrasi, di Unpres ngambil kedokteran,
teknik geofisika sama hukum. Hehe”.
“Owh
berarti udah dijakarta sekarang dong? IPC juga ya Ta? Tes dimana?”.
“Lagi
dijalan Wan belum sampe. Hehe iya IPC tesnya di gedung D, kamu dimana
tesnya?”.
“Padahal
aku mau ngasih sesuatu buat kamu tapi yaudah lah kamunya udah berangkat, aku
juga di gedung D hehehe sama dong”.
“Ngasih
apaan Wan? Kan ntar ketemu lagi pas tes SBMPTN heehe”.
“Cuma
kenang-kenangan dari aku aja hehehe, emang Retta mau kuliah dimana?”.
“Oohh,
hehe pengennya mah di Unpres aja Wan kalo keterima”.
“Amin
tenang aja pasti kita keterima. Amin ”.
“Amin,
insyaallah hehe”.
Percakapan
singkat lewat sms tapi sukses membuat Retta senyum-senyum tidak karuan
sepanjang perjalanan, didalam hati Retta memohon.
“Ya
Allah selain kau juga yang mentakdirkan aku kuliah di Jakarta atau di Unpres kau
juga yang mentakdirkan bagaimana kelanjutan cerita ini “. Setelah itu Retta
jatuh tertidur dengan senyuman di bibirnya.
Setelah
sms Awan sore tadi Retta berfikir pasti ini sms terakhir Awan. Tidak mungkin
apabila Awan yang memulai duluan percakapan dengannya. Namun dugaannya kali ini
salah tengah malam begini Awan sms Retta, sampai-sampai Retta ragu apakah ini
benar Awan? Ternyata setelah dia membacanya berulang-ulang barulah dia percaya.
“Ta
udah nyampe Jakarta belum?”. Awal sms Awan yang membuat Retta terkejut.
“Belum
Wan, baru turun dari kapal. Hehe” Retta membalas sedetik kemudian.
“Buset
emang tadi berangkat jam berapa Ta?”
“Jam
setengah 3 Wan, macet dijalannya tadi”.
“Owalah
yowes paling sampe sana bentar lagi, tidur udah malem. Hehe”.
“Iya
Wan, ntar deh tidurnya tanggung lagi baca novel.Hehe”.
“Wiii
yowes jangan di paksain kalo udah capek, tidur tenaganya buat besok. Hehe”
“Hehe,
oke siap boss”.
Dan
setelah sms yang terakhir itu terkirim, Retta berfikir bodoh sekali dirinya
karena dia baru menyadari bahawa dia di PHP lagi sama Awan alias pemberi
harapan palsu, yah itulah julukan Awan saat ini sesukanya menarik ulur hati
Retta. Namun apa boleh buat Retta menyukainya walaupun dia tahu bahwa akhirnya
nanti akan membuat dia sakit hati. Setelah seminggu berada di Jakarta untuk
daftar ulang kuliahnya. Retta kembali ke kota asalnya karena lusa adalah tes
SBMPTN dan dia tidak tahu dimana lokasi tempat ujiannya. Keesokannya Retta
sampai di rumahnya dengan selamat, sore harinya dia melihat lokasi ujian namun
karena terlalu sore gedungnya sudah di tutup dan terpaksa besok Retta harus
berangkat pagi-pagi untuk melihat ruang ujiannya. Malam harinya Retta sms Awan
bahwa dia tidak sempet melihat ruang tes besok dan Awan menjanjikan untuk
menemaninya.
“Ta,
dimana? Udah sampe?”
“Udah,
ini didepan kamu dimana?”
“Oh,
iya aku kesana”.
Sesampainya Retta
di gedung D dia belum menemukan teman yang dia kenal ataupun Awan yang dari
tadi dia sms sepanjang jalan.
“Mana
sih Awan, kok rame banget sih mana pada gak kenal terus ruangannya dimana lagi
nih”. Gerutu Retta dalam hati.
“Hai
Ta, udah lama nyampenya?”. Awan bertanya.
“Ahh,
nggak kok barusan aja”(padahal dari tadi). Gerutu Retta dengan suara pelan.
“Belum
nyari ruangan ya, ntar deh aku temenin”.
“Ehh
iya oke, kamu sama siapa sendiri?”.
“Enggak
sama temen, oh ya Ta aku kesana sebentar ya”.
Awan
meninggalkan Retta sendiri untung saja ada teman sekelas Retta yang
menghampirinya, tidak lama kemudian gerbang dibuka dan orang-orang yang
menunggu diluar berhamburan memasuki ruangannya dan setelah itu Retta tidak
melihat sosok Awan lagi sampai tes nya berakhir selama 2 hari. Itulah terakhir
kalinya Retta melihat Awan yaitu seorang pemuda yang sangat dia sayangi sampai
saat ini. Sebulanpun berlalu dan hari ini adalah detik-detik pengumuman SBMPTN dan
ternyata Retta diterima di Unpres jurusan Hukum namun karena Retta
lebih berminat di jurusan Teknik, dia lebih memilih kuliah di Jakarta jurusan Psikologi. Semua sahabat Retta
kuliah di berbagai kota hanya Retta, Dewi dan Vika yang kuliah di satu kota
namun berbeda Universitas. Seminggu sebelum berangkat ke Jakarta Retta
menyiapkan segala sesuatu untuk Ospek, dan waktu yang tersisa dihabiskan Retta
untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya. Hari itupun tiba Retta
bersama ibu dan kakaknya berangkat untuk menemaninya ke Jakarta namun malam
hari sebelum dia berangkat dia sempat berpamitan ke sahabatnya dan terutama ke
Awan via sms.
“Wan,
aku pamit ya besok mau pergi ke Jakarta”.
“Oh,
besok ya Ta berangkatnya hati-hati di jalan ya”.
“Iya
Wan, hehe”.
“Cie,
udah jadi anak Jakarta nih sekarang. Disana ngekos ya Ta?”.
“Iya
wan, tapi takut wan ngekos sendiri dan pastinya jauh dari orang tua”.
“Yaudah
ntar dicoba dulu jangan takut dulu, kayaknya aku juga mau pindah ke Jakarta kok
Ta, ntar aku jagain 24 jam non stop hahahaha”.
“Haha,
iya Wan janji ya kamu jagain aku”.
“Iya
deh Ta”.
Dan semuanya berakhir disini semua ucapan Awan,
semua janjinya semua kenangan tentangnya. Retta hanya menghela nafas panjang
dan menutup kembali buku harian yang dari tadi dia baca dan dia kenang di
fikiran serta perasaannya. Hati Retta sakit bila mengingat cerita masa-masa SMA
yang menurutnya seperti kisah-kisah di FTV maupun di novel-novel yang
membedakan adalah kisah Retta tidak berakhir dengan happy ending dan dia
memutuskan untuk tidak mengingatnya lagi meski susah untuk dilakukan, didalam
hati Retta berkata “Aku akan membuka lembaran baru namun tidak sepenuhnya
melupakan kenangan masalalu karena masalalu akan menuntunku meraih apa yang aku
harapkan bersama masadepan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar