Senin, 02 Mei 2016

IF SOMEDAY, YOU LOVE ME (part 1)

Cerita ini udah lama baget dibuat tapi baru sempet dipublish sekarang karena faktor kesibukan sih tepatnya, cerita ini cuma buat have fun aja, nggak bermaksud buat nyindir seseorang atau apa.... jadi ini cuma sepenggal khayalan walaupun di mix sama kehidupan si penulis juga hehehe :)  "HAPPY READING....... "

Penantian Retta
Akhirnya ujian nasional yang ditunggu-tunggu datang juga, Retta dan sahabatnya yaitu Uli, Dian, Amelia, Vika, Dila, Hana dan Dewi sudah mempersiapkan hari yang menegangkan ini pasalnya Retta sudah mati-matian mengikuti les setiap hari dan rela pulang malam karena ingin belajar demi lulus ujian nasional 20 paket soal, itu kebijakan baru pemerintah .
“Kenapa selalu sial sih salah nih aku masuk tahun kalian gara-gara SD ngelangkah nih jadi apes”. Gerutu Retta pada Uli teman sebangkunya.
“Yaampun Ta udah terlanjur kali, nyesel sekarang apa gunanya coba seminggu lagi udah ujian”. Menyindir Retta yang sedang asyik menyoret lembaran soal yang dipegangnya.
“Ke kantin yok ah bosen aku liat nih kertas, aku butuh refreshing sejenak yang lain kemana sih kok pada belum nongol”. Sambil menggandeng Uli keluar kelas.
“Ini masih pagi dodol belum pada datenglah mereka, kita aja yang kepagian datengnya”. Sambil mencubiti pipi Retta.
Perjalanan menuju kantin membutuhkan kesabaran karena kelas Retta berada dilantai tiga sedangkan kantin berada dilantai satu dan diujung koridor ruang tata usaha .
“Bakal kangen nih aku sama kantin ini yaampun kita seminggu lagi disini li aku sedih”. Sambil menatap sekeliling kantin.
“Ah kamu... aku juga nih, Huhuu. jadi daftar swasta dulu Ta sebelum nunggu SBMPTN ?”. Tanya Uli dengan nada sedih.
“Ya begitulah , kamu tahu mamaku kan dia selalu mau anaknya kuliah di kesehatan terutama kedokteran”. Retta menghembuskan nafas kuat-kuat.
“Sabar say kalo ini memang jalanmu pasti ntar Allah yang nunjukkin”.
Sambil menyantap sepiring soto ayam yang dipesannya tiba-tiba Retta mendengar suara seseorang yang sangat dia kenal sedang memesan  makanan dan ketika melihat  ternyata benar dia adalah sosok cowok yang selama ini yang membuat Retta menunggu lama sekali.
“Duh tuh Mr. PHP Li, kenapa sih tu orang susah buat dilupain”. Gerutu Retta pada Uli.  
“Kamu yang belom bisa move on Ta, udah ah kuliah ntar bisa nyari yang lebih bagus dari pada tu orang”. Uli berusaha menghibur walaupun sepertinya tidak berhasil.
“Udah Li, tapi nggak bisa pasti selalu susah tau kan Li cerita dia sama aku itu panjang jadi dalam seminggu, sebulan, setahun bahkan bertahun-tahun itu mungkin nggak bakal hilang sudah terlanjur sakit disini Li”. Sambil menunjuk hati.
Setelah percakapan singkat dikantin bersama Uli tadi , Retta pergi ke kelas sendiri karena Uli sedang dipanggil ke ruang guru dan duduk dimejanya sambil mengingat masa-masa sewaktu baru masuk SMA.
“Ternyata suram nih masa SMAku sepertinya penuh dengan cerita-cerita menyedihkan”. Sambil menundukkan kepala diatas meja dan tiba-tiba Hana dan Dewi mengagetkan Retta.
“Woy Ta, tidur dirumah atuh jangan disekolah”. Ucap Dewi.
“Ini pasti Dewi ketara nih logat sunda-sunda gini”. Sambil mengangkat kepala dan menatap kedua sahabatnya itu.
“Kenapa Ta ? galau ? Awan lagi? Duh Ta udah deh dia itu gak pantes buat kamu, cari itu yang mau memahami kamu jangan cowok yang gengsinya selangit, udah tau suka tapi masih aja gengsi.Ckck kasian kamu nak cantik-cantik gini dianggurin”. Sambil mengusap kepala Retta.
“Ahh Hanaa jangan buat aku sedih dong, itu kalimatmu sungguh menyakitkan”. Sambil menatap sedih.
“Nah yaudah dong lupain cari yang lebih segalanya dari dia.”.
“Okelah, tapi mungkin butuh proses yang sangat lama. Hahaa”. Tertawa lepas.
Itulah hari-hari terakhir Retta disekolah selalu merasa berat untuk menerima kenyataan bahwa apabila dia kuliah diluar kota dan tidak bisa melihat bahkan hilang komunikasi dengan Awan yaitu sosok yang dia tunggu sampai saat ini.

Hari terakhir dengannya
“Ah aku lulus alhamdulillah, gak kebayang kalo kita gak lulus gimana”. Ucap Retta setelah membuka amplop kelulusan.
“Iya Ta lega rasanya, kalo dbayangin kita hebat juga ya bisa lulus padahal soal ada 20 paket tuh ckck”. Ucap Vika.
“Haha iya ya yaudah yok kita ngantri buat cap 3 jari biar cepet pulang”. Sambl berlari ke ujung koridor sekolah.
“Oke lah sebelum pulang ntar kita coret-coret baju ya”. Teriak Dila.
“Ssst gak boleh La, kamu ini kan masih berguna bajunya buat orang yang gak mampu”. Cela Dian.
“Banyak dirumah bajuku, 1 aja yang dicoret gak masalah kan?”. Ucap Dila dengan menahan tawa.
Ketika mereka semua sibuk mengantri barisan depan untuk cap 3 jari sedangkan Retta sibuk mencari sosok yang ingin sekali yang dia temui saat ini, yah benar sekali dia adalah Awan. Sudah mencari ke seluruh isi sekolah ternyata Awan tidak ada, Retta hampir putus asa namun ketika Retta kembali untuk mengantri cap 3 jari dan ternyata sosok yang dicarinya tiba-tiba mendatangi nya dan menyapanya.
“Hai Ta? Jadi kuliah di jakarta? Jurusan apa ?”. Tersenyum ke arah Retta.
Retta heran, kenapa Awan tahu kalau dia daftar kuliah di Jakarta. Siapa yang memberi tahu dia tentang ini apakah dia menyadari kalau aku tidak datang waktu promnight, apakah teman-temannya yang memberi tahu, Retta menerka-nerka dan kemudian tersadar kalau pertanyaan Awan belum dijawabnya.
“Hai, sepertinya sih jadi Wan jurusan Psikologi”.Menatap bingung.
“Oh begitu ya, yaudah Ta sukses ya buat kamu”. Sambil menepuk pundak Retta.
“Iya Wan sukses juga buat kamu”. Berjalan meninggalkan Awan
Setelah percakapan singkat tadi, Retta duduk di salah satu tangga bersama sahabatnya itu dan mereka mulai mencoret baju seragam dengan spidol bermacam warna, setelah itu mereka berpencar untuk meminta tanda tangan teman yang lain. Saat itu Retta ingin sekali meminta tanda tangan Awan namun Retta ragu dan mengurungkan niatnya dan pergi ke mushola untuk sholat dzuhur disana.
“Ta udah samperin aja, hari ini terakhir loh kalian ketemu belum tentu ntar bisa ketemu lagi. Ayolah Ta ntar nyesel kamu”. Sindir Amel.
“Iya deh aku sms nih ya”. Ucap Retta ragu.
Sambil mencari kontak nomor handphone Awan di ponselnya, dan dia mulai mengetik sms.

Wan dimana ? udah pulang ya? Padahal pengen minta tanda tangan 

“Duh Mel, alay banget dah smsku aaah takut nggak dibales nih udah ah aku sholat dulu nih nitip Hanphone ya”. Melemparkan HP miliknya. Sesudah Retta selesai sholat tiba-tiba Amel menjerit.
“Taaa dibales sama Awan sini sini”. Sambil melambaikan tangan ke arah Retta.
“Mana sini HP nya”. Retta menatap layar ponsel dengan teliti.

Belum pulang kok Ta, ini abis selesai sholat, kamu dimana ? ke mushola aja gih

“Selalu deh sikapnya nggak berubah masih menganggap seolah-olah tidak terjadi apa-apa”. Gerutu Retta dalam hati meskipun begitu Retta tetap tersenyum membacanya dan dia cepat-cepat turun ke lobby mushola.
“Hai Wan, nih minta tanda tangan dong. Di kerah ya”. Sambil membuka lipatan kerah.
“Oke Ta, minjem pena dong”. Sambil mnyodorkan tangan.
“Nih penanya”.
“Sudah Ta, apa lagi ? mau aku tanda tanganin semua gak bajumu”. Berusaha menghibur karena saat itu Awan melihat raut wajah Retta sedih.
“Huh enggak deh satu aja udah cukup kali. Hehe oke thanks Wan”.
“Oke Ta, sama-sama aku pulang duluan ya”. Sambil melambaikan tangan.
“Iya, Bye”.

Kejadian tak terlupakan
Sesuai yang diramalkan Retta sebelumnya bahwa setelah hari kelulusan dan coret mencoret dia tidak pernah berhubungan lagi dengan Awan namun entah mengapa Retta ingin sekali sms Awan mungkin Retta sedang jenuh karena saat ini dia sedang perjalanan menuju jakarta untuk daftar ulang di universitas yang sudah menerimanya.
“Awan?”. Tulis Retta dalam ponselnya.
“Iya Ta?”. Jawab Awan.
“Gpp sih Cuma mau sms aja, daftar  mana aja ?”.
“Owalah Unpres aja Ta, kamu daftar mana ja ra?”.
“Daftar Unpres sama swasta di jakarta aja Wan, kamu milih jurusan apa di Unpres ?”.
“Mmm kemaren kayaknya udah ke Jakarta gak diambil yang disana? Aku peternakan, budidaya perairan sama komunikasi, kamu apa aja Ta ?”.
“Diambil kok Wan ini malah mau kesana lagi mau registrasi, di Unpres ngambil kedokteran, teknik geofisika sama hukum. Hehe”.
“Owh berarti udah dijakarta sekarang dong? IPC juga ya Ta? Tes dimana?”.
“Lagi dijalan Wan belum sampe. Hehe iya IPC tesnya di gedung D, kamu dimana tesnya?”.
“Padahal aku mau ngasih sesuatu buat kamu tapi yaudah lah kamunya udah berangkat, aku juga di gedung D hehehe sama dong”.
“Ngasih apaan Wan? Kan ntar ketemu lagi pas tes SBMPTN heehe”.
“Cuma kenang-kenangan dari aku aja hehehe, emang Retta mau kuliah dimana?”.
“Oohh, hehe pengennya mah di Unpres aja Wan kalo keterima”.
“Amin tenang aja pasti kita keterima. Amin ”.
“Amin, insyaallah hehe”.
Percakapan singkat lewat sms tapi sukses membuat Retta senyum-senyum tidak karuan sepanjang perjalanan, didalam hati Retta memohon.
“Ya Allah selain kau juga yang mentakdirkan aku kuliah di Jakarta atau di Unpres kau juga yang mentakdirkan bagaimana kelanjutan cerita ini “. Setelah itu Retta jatuh tertidur dengan senyuman di bibirnya.
Setelah sms Awan sore tadi Retta berfikir pasti ini sms terakhir Awan. Tidak mungkin apabila Awan yang memulai duluan percakapan dengannya. Namun dugaannya kali ini salah tengah malam begini Awan sms Retta, sampai-sampai Retta ragu apakah ini benar Awan? Ternyata setelah dia membacanya berulang-ulang barulah dia percaya.
“Ta udah nyampe Jakarta belum?”. Awal sms Awan yang membuat Retta terkejut.
“Belum Wan, baru turun dari kapal. Hehe” Retta membalas sedetik kemudian.
“Buset emang tadi berangkat jam berapa Ta?”
“Jam setengah 3 Wan, macet dijalannya tadi”.
“Owalah yowes paling sampe sana bentar lagi, tidur udah malem. Hehe”.
“Iya Wan, ntar deh tidurnya tanggung lagi baca novel.Hehe”.
“Wiii yowes jangan di paksain kalo udah capek, tidur tenaganya buat besok. Hehe”
“Hehe, oke siap boss”.
Dan setelah sms yang terakhir itu terkirim, Retta berfikir bodoh sekali dirinya karena dia baru menyadari bahawa dia di PHP lagi sama Awan alias pemberi harapan palsu, yah itulah julukan Awan saat ini sesukanya menarik ulur hati Retta. Namun apa boleh buat Retta menyukainya walaupun dia tahu bahwa akhirnya nanti akan membuat dia sakit hati. Setelah seminggu berada di Jakarta untuk daftar ulang kuliahnya. Retta kembali ke kota asalnya karena lusa adalah tes SBMPTN dan dia tidak tahu dimana lokasi tempat ujiannya. Keesokannya Retta sampai di rumahnya dengan selamat, sore harinya dia melihat lokasi ujian namun karena terlalu sore gedungnya sudah di tutup dan terpaksa besok Retta harus berangkat pagi-pagi untuk melihat ruang ujiannya. Malam harinya Retta sms Awan bahwa dia tidak sempet melihat ruang tes besok dan Awan menjanjikan untuk menemaninya.
“Ta, dimana? Udah sampe?”
“Udah, ini didepan kamu dimana?”
“Oh, iya aku kesana”.
Sesampainya Retta di gedung D dia belum menemukan teman yang dia kenal ataupun Awan yang dari tadi dia sms sepanjang jalan.
“Mana sih Awan, kok rame banget sih mana pada gak kenal terus ruangannya dimana lagi nih”. Gerutu Retta dalam hati.
“Hai Ta, udah lama nyampenya?”. Awan bertanya.
“Ahh, nggak kok barusan aja”(padahal dari tadi). Gerutu Retta dengan suara pelan.
“Belum nyari ruangan ya, ntar deh aku temenin”.
“Ehh iya oke, kamu sama siapa sendiri?”.
“Enggak sama temen, oh ya Ta aku kesana sebentar ya”.
Awan meninggalkan Retta sendiri untung saja ada teman sekelas Retta yang menghampirinya, tidak lama kemudian gerbang dibuka dan orang-orang yang menunggu diluar berhamburan memasuki ruangannya dan setelah itu Retta tidak melihat sosok Awan lagi sampai tes nya berakhir selama 2 hari. Itulah terakhir kalinya Retta melihat Awan yaitu seorang pemuda yang sangat dia sayangi sampai saat ini. Sebulanpun berlalu dan hari ini adalah detik-detik pengumuman SBMPTN dan ternyata Retta diterima di Unpres jurusan Hukum namun karena Retta lebih berminat di jurusan Teknik, dia lebih memilih kuliah di Jakarta jurusan Psikologi. Semua sahabat Retta kuliah di berbagai kota hanya Retta, Dewi dan Vika yang kuliah di satu kota namun berbeda Universitas. Seminggu sebelum berangkat ke Jakarta Retta menyiapkan segala sesuatu untuk Ospek, dan waktu yang tersisa dihabiskan Retta untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-temannya. Hari itupun tiba Retta bersama ibu dan kakaknya berangkat untuk menemaninya ke Jakarta namun malam hari sebelum dia berangkat dia sempat berpamitan ke sahabatnya dan terutama ke Awan via sms.
“Wan, aku pamit ya besok mau pergi ke Jakarta”.
“Oh, besok ya Ta berangkatnya hati-hati di jalan ya”.
“Iya Wan, hehe”.
“Cie, udah jadi anak Jakarta nih sekarang. Disana ngekos ya Ta?”.
“Iya wan, tapi takut wan ngekos sendiri dan pastinya jauh dari orang tua”.
“Yaudah ntar dicoba dulu jangan takut dulu, kayaknya aku juga mau pindah ke Jakarta kok Ta, ntar aku jagain 24 jam non stop hahahaha”.
“Haha, iya Wan janji ya kamu jagain aku”.
“Iya deh Ta”.
Dan semuanya berakhir disini semua ucapan Awan, semua janjinya semua kenangan tentangnya. Retta hanya menghela nafas panjang dan menutup kembali buku harian yang dari tadi dia baca dan dia kenang di fikiran serta perasaannya. Hati Retta sakit bila mengingat cerita masa-masa SMA yang menurutnya seperti kisah-kisah di FTV maupun di novel-novel yang membedakan adalah kisah Retta tidak berakhir dengan happy ending dan dia memutuskan untuk tidak mengingatnya lagi meski susah untuk dilakukan, didalam hati Retta berkata “Aku akan membuka lembaran baru namun tidak sepenuhnya melupakan kenangan masalalu karena masalalu akan menuntunku meraih apa yang aku harapkan bersama masadepan”.

Pengikut